Mungkin terkesan terlalu terbuka sekali saat
aku kini menceritakan bagaimana bisa orang tuaku memberiku nama ‘Tuti Alawiyah’,
namun sekedar hanya untuk berbagi saja akan saya ceritakan.
Tepatnya
28 September 1992. Ibuku yang tengah mengandungku 9 bulan akan melahirkanku
(anak pertama), namun saat itu ayah tidak bisa mendampinginya karena ayah
memiliki usaha di Jakarta. Senin malam itu, ayah diberitahu pihak keluarga di
Cirebon kalau ibuku akan melahirkan. Segeralah ayah berkemas-kemas untuk pulang
ke Cirebon.
Didalam
bus menuju Cirebon, disamping ayah ada seorang yang berkata pada ayah,”Sedang
punya kerepotan yah Pak?’, ayahku menjawab ‘iya, istriku mau melahirkan’. Sosok
laki-laki itu rupanya bisa meramal, dia bilang kalau aku akan lahir jam 10
malam dengan jenis kelamin laki-laki. Ayahku kurang percaya dengan ramalan itu
dan ia biasa-biasa saja menanggapinya.
Namun,
saat diberi kabar kalau aku memang lahir pada jam 10, ayahku langsung mengira
kalau perkataan laki-laki itu benar. Didalam bus, ayah mencari-cari nama bayi
laki-laki, dan dia memilih nama ‘Yasir Arafat’, tokoh sejarah islam yang
memukau. Ayah langsung senang dan tidak sabar melihatku.
Setibanya
di Cirebon, ayah kaget ternyata bayi yg ibu lahirkan itu berjenis kelamin
perempuan. Langsung saja nama Yasir Arafat itu tidak terpakai. Ayah tetap
senang melihatku. Selanjutnya ayah mencari-cari nama apa yg cocok untuk bayi
perempuan. Ada seorang Kyai mengusulkan sebuah nama namun ayah tolak karena
nama itu terlalu rumit. Akhirnya pilihan ayah jatuh pada nama ‘Tuti Alawiyah’.
Pada
tahun 1992 saat aku dilahirkan, tokoh Tuti Alawiyah sangat terkenal. Beliau
adalah seorang penceramah, memliki pesantren, pernah menjabat sebagai Menteri
Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan. Ayah memilih nama itu dengan harapan
anaknya (aku) dapat menjadi orang besar seperti Tuti Alawiyah. Dalam bahasa
Arab, Tuti memiliki makna ‘anak perempuan’ dan Alawiyah berarti ‘tinggi/luhur’.
Berharap bahwa Tuti Alawiyah yang menjadi anak pertama ayahku dapat memiliki
ilmu yang tinggi, budi yang luhur dan menjadi orang besar.