Kamis, 24 Januari 2013

Dibalik nama 'Tuti Alawiyah'


    Mungkin terkesan terlalu terbuka sekali saat aku kini menceritakan bagaimana bisa orang tuaku memberiku nama ‘Tuti Alawiyah’, namun sekedar hanya untuk berbagi saja akan saya ceritakan.
       Tepatnya 28 September 1992. Ibuku yang tengah mengandungku 9 bulan akan melahirkanku (anak pertama), namun saat itu ayah tidak bisa mendampinginya karena ayah memiliki usaha di Jakarta. Senin malam itu, ayah diberitahu pihak keluarga di Cirebon kalau ibuku akan melahirkan. Segeralah ayah berkemas-kemas untuk pulang ke Cirebon.
      Didalam bus menuju Cirebon, disamping ayah ada seorang yang berkata pada ayah,”Sedang punya kerepotan yah Pak?’, ayahku menjawab ‘iya, istriku mau melahirkan’. Sosok laki-laki itu rupanya bisa meramal, dia bilang kalau aku akan lahir jam 10 malam dengan jenis kelamin laki-laki. Ayahku kurang percaya dengan ramalan itu dan ia biasa-biasa saja menanggapinya.
         Namun, saat diberi kabar kalau aku memang lahir pada jam 10, ayahku langsung mengira kalau perkataan laki-laki itu benar. Didalam bus, ayah mencari-cari nama bayi laki-laki, dan dia memilih nama ‘Yasir Arafat’, tokoh sejarah islam yang memukau. Ayah langsung senang dan tidak sabar melihatku.
    Setibanya di Cirebon, ayah kaget ternyata bayi yg ibu lahirkan itu berjenis kelamin perempuan. Langsung saja nama Yasir Arafat itu tidak terpakai. Ayah tetap senang melihatku. Selanjutnya ayah mencari-cari nama apa yg cocok untuk bayi perempuan. Ada seorang Kyai mengusulkan sebuah nama namun ayah tolak karena nama itu terlalu rumit. Akhirnya pilihan ayah jatuh pada nama ‘Tuti Alawiyah’.
        Pada tahun 1992 saat aku dilahirkan, tokoh Tuti Alawiyah sangat terkenal. Beliau adalah seorang penceramah, memliki pesantren, pernah menjabat sebagai Menteri Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan. Ayah memilih nama itu dengan harapan anaknya (aku) dapat menjadi orang besar seperti Tuti Alawiyah. Dalam bahasa Arab, Tuti memiliki makna ‘anak perempuan’ dan Alawiyah berarti ‘tinggi/luhur’. Berharap bahwa Tuti Alawiyah yang menjadi anak pertama ayahku dapat memiliki ilmu yang tinggi, budi yang luhur dan menjadi orang besar.