![]() |
Lokasi : Gumul, Kediri- Jawa Timur |
Tak
ada kata terlambat untuk sebuah karya. Meski ini merupakan perjalanan maretku,
namun saat ini baru sempat ku torehkan lewat jemari lentikku ini. Inilah sebuah
ringkasan ceritaku tentang PARE, dan cerita lengkapnya sedang ku curahkan lewat
sebuah novelku (Insya Allah) mendatang.
Siapa yang tidak kenal PARE. Ya,
kata PARE hampir akrab di telinga orang-orang. Pare yang kusebut kali ini bukan
sebuah nama sayuran, namun ini sebuah daerah yang dikenal dengan ‘Kampoeng
Inggris’. Berlokasi di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Pare merupakan sebuah
Kecamatan yang amat asri dengan penduduk berbahasa jawa.
Tepatnya 8 Februari 2013 sampai
dengan 10 Maret 2013 adalah rentetan kisah-kisah yang tak terlupakan di Desa
Tulungrejo, Pare. Berbekal niat untuk menuntut ilmu dan pengorbanan hidup jauh
dari orangtua tak mematahkan niatku untuk belajar disana. Banyak momment
menarik dan sangat berkesan yang tak mungkin aku lupakan sepanjang hidupku.
Berikut kumpulan cerita singkatnya:
§
Awal menjajakkan kaki di Pare,
lidahku belum dapat kawin dengan karakter makanan disana. Lidah orang Cirebon
yang tajam akan bumbu, tak kudapati makanan yang sama dengan Cirebon. Kurang
asin, Kurang nendang sudah biasa. Terlebih lagi dengan warna saus yang pink,
kontras dengan warna saus yang biasa ku konsumsi merah menyala. Makanan khas
disana adalah ‘Pecel’ dan ‘Pentol’ (di Jawa Barat dikenal dengan Cilok).
§
Kekagumanku pada Pare salah
satunya lantaran lingkungan yang masih asri dan tidak padat kendaraan yang
berlalu lalang. Mayoritas kendaraan yang dipakai adalah Sepeda, tak heran bila
disana banyak wirausaha yang membuka ladang penyewaan sepeda. Setiap hari,
kawan sejatiku yang mengantarkan aku mencari ilmu dan mencari makanan adalah
sepeda. Aku baru menikmati lagi moment mengendarai sepeda itu setelah hampir 10
tahun (SD).
§
Lantaran lokasi desa yang tidak
strategis, sulit untuk menuju kemana-kemana. Tidak ada angkutan umum (hanya ada
di Kediri nya) sehingga aku tak jenuhnya harus mengayuh sepeda sejauh apapun
itu. Untuk menuju ATM atau alun-alun misalnya, 2 hingga 3 kilometer jarak yang
kutempuh. Selama sebulan disana, aku belum tahu dimana Pasar terdekat berada
(saking jauhnya).
§
Disana, lembaga kursusan yang
kuambil adalah ‘Marvelous’. Sesuai motonya ‘Siap mempermak inggris kamu dan
guru kamu’, marvelous memang pilihan yang tak salah (terima kasih untuk Dosen
yang telah memberikan referensi). Awalnya, aku memang ragu, terlebih dengan
penampilan pengajar yang apa adanya. Namun, aku sangat mengagumi
pengajar-pengajar itu, American accents mereka sangat fasih padahal mereka
bukan kuliah di jurusan bahasa Inggris (aku malu sendiri).
§
Hampir seluruh pengajar, hafal
phonetic symbol dari setiap kosakata yang terdapat di kamus Oxford. What an amazing teacher! . Aku selalu
terpesona melihat seluruh pengajar yang menuliskan kata sebanyak apapun dan
serumit apapun lengkap dengan phonetic symbol (tanpa melihat kamus Oxford).
Padahal, latar belakang mereka sama sekali bukan Inggris (bahkan ada pengajar
yang berusia dibawahku). Setiap kali mereka mengajarkan materi, ternyata aku
baru menyadari banyak sekali pengucapan yang selama ini salah (seperti cara
membaca Oxford, and, today, dan lain-lain).
§
Lantaran program Speaking yang ku
ambil, materi yang diajarkan selalu berkenaan dengan speaking. Salah satunya
adalah bahasa slang, tongue twister (untuk melenturkan lidah menjadi lidah
inggris) dan idioms. Sangat menarik mempelajarinya, benar-benar diajarkan
berbicara layaknya seorang ‘bule’.
§
Wisata yang terkenal di Kediri
adalah Gumul. Kontruksi bangunan yang mirip bangunan yang berada di Paris ini
menjadi magnet tersendiri. Tak heran bila banyak yang mengunjungi tempat ini
untuk sekedar mengambil bebrapa foto. Beruntungnya, orang-orang yang ingin
memasuki wisata ini tak dikenakan biaya alias gratis (kecuali parkir).
Diatas
merupakan sepenggal cerita singkat, cerita selengkapnya tunggu di novelku
mengenai Pare yang sedang dalam proses.