Jumat, 07 Juni 2013

Malaikat-malaikat Kecil Tanpa Dosa


                

      Kehidupan memang tak luput dari konteks mengajar dan belajar, karena hidup adalah proses pembelajaran. Begitulah salah satu falsafah hidup yang aku yakini. Terlebih lagi almamater mahasiswi  yang terpampang jelas dibadanku. Ya, sebagai seorang mahasiswi FKIP Bahasa Inggris, aku dituntut untuk cinta anak-anak .
            Sebuah kesempatan yang emas ketika salah satu dosenku memberikan tugas untuk melaksanakan magang di SD. Setelah kami (aku, Corry dan Lilis) menelusuri sebagian SD dan memilah-milah lokasi yang strategis maka kami memilih untuk melakukan magang di SD Negeri Larangan 1. Tak kusangka, respon sekolah sangatlah baik dan terbuka atas kehadiran kami.
            Awalnya, kami memang mengajar di kelas 4. Namun lantaran jadwal kuliah yang berebenturan dengan jadwal mengajar, akhirnya kami memilih kelas 5 untuk kami ajar di hari sabtu (tidak ada jadwal kuliah dihari sabtu). Inilah awal perjalananku mengenal karakter siswa. Guru pamongku cenderung memberikan aturan yang sangat beragam, tetapi untukku itu merupakan sebuah perhatian yang dia berikan untuk mengajarkanku tentang arti kedisiplinan. Aku sangat beruntung diperhatikan olehnya mengenai hal sekecil apapun.
            Mengajar anak-anak SD merupakan pengalaman yang sangat langka, disana aku mendapati karakter siswa yang sangat beragam. Aku belajar mengenai arti kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan. Karakter siswa yang memang lugu dan berbicara apa adanya membuatku terhibur dan tumbuh rasa sayangku pada mereka. Terlintas di benakku untuk terus mengajar mereka meski masa magang hampir usai.
            Petuah mengatakan ‘Ada pertemuan, pasti ada perpisahan’. Ya, hal yang paling memilukan adalah ketika kita harus meninggalkan orang-orang yang baru saja nyaman dihati kita. Dan perpisahan hidupku kali ini adalah berpisah dengan anak-anak yang aku sayangi. Tepatnya 18 Mei 2013 adalah hari mengajar terakhir disana. Sedih memang, namun apa daya memang inilah jalan hidup. Diakhir pembelajaran, aku bersama siswa-siswamengabadikan moment terakhir dengan berfoto bersama didepan kelas. Sangat miris sejujurnya, di satu sisi aku melihat wajah anak-anak yang lugu, sangat sumringah dan antusias melakukan foto, namun disisi lain hatiku yang pilu lantaran ini merupakan hari terakhir. Kami akhiri hari itu dengan penuh kesan.
            Itulah sepintas momment berarti dalam hidupku bersama malaikat-malaikat kecil tanpa dosa. Semoga suatu saat kelak kita dipertemukan kembali di waktu dan ruang yang berbeda.