Minggu, 09 Juni 2013

Buku : Rich Dad Poor Dad

Cover buku asli
      Ketika aku magang dahulu, aku ditempatkan dibagian yang sangat beruntung. Ya, aku berkutat dengan database dan buku, maklumlah jurusanku adalah Administrasi Perkantoran (Sekretaris) sehingga pastinya selalu berteman baik dengan masalah buku, kearsipan dan surat-menyurat. Tak pernah terlintas dikepalaku, perusahaan yang cukup bonafit memilihku sebagai siswi SMK untuk magang disana. Dan aku selalu memanfaatkan masa-masa itu.
            Semua barang-barang diruangan memang menarik, namun bagiku yang paling menarik adalah rak buku yang tertata rapih. Ketika aku melihat buku-buku yang ada disana, aku sangat terkagum-kagum dengan jumlah buku dan jenis buku yang terbilang mahal-mahal dan berkualitas itu. Disaat senggang aku terbiasa membaca buku yang ada disana. Salah satu judul buku yang menarik perhatianku adalah ‘Rich Dad Poor Dad’. Sudah terkonsep dikepala memang jika itu adalah sebuah buku pengembangan diri.
Cover buku terjemahan
            Pernah membayangkan memiliki 2 ayah? Ayah yang satu kaya, dan yang satu lagi miskin. Tentunya takkan pernah terlintas sedikitpun dibenak kita ketika kita memiliki ayah dengan karakter yang berbeda.
            Adalah penulis Robert T. Kiyosaki yang menuliskan cerita hidupnya, antara ayah kandungnya dan ayah angkatnya.
            Buku ‘Rich Dad  Poor Dad’ ini menuntun kita untuk bersikap lebih bijak dalam berpikir dan bertindak. Karena 2 ayah tersebut memiliki perbedaan prinsip hidup dan saling bertolak belakang. Apakah kita akan mengikuti ayah miskin dengan prinsip ‘uang adalah sarang maksiat’ sehingga kita hidup dengan tanpa kerja keras? Atau mengikuti prinsip ayah kaya yang memiliki prinsip bahwa ‘uang adalah kebutuhan’ sehingga kita dituntut untuk bekerja keras? Pilihan berada ditangan Anda.
            Isi dari buku ini adalah berbagai prinsip dan sikap seorang ‘Rich Dad’ dalam menjalani hidup sehingga ia hidup dalam kesejahteraan dan kedamaian. Berlawanan dengan ‘Poor Dad’ yang penuh kekurangan.

            Buku yang merupakan Best Seller ini sangat baik dibaca untuk anak muda yang ingin menggapai masa depan cerah lantaran penuh dengan cerminan sikap dan falsafah hidup yang dipegang teguh oleh kedua karakter yang berbeda itu.

Buku : How to Enjoy Your Life and Your Job

Cover buku terjemahan
        Perpustakaan seyogyanya telah menjadi teman karibku semenjak aku duduk di bangku SMP, tak jemunya aku selalu meminjam dan mengembalikan hingga kartu bukuku penuh dengan cap perpustakaan sekolah. Tepatnya 5 tahun silam, kala aku duduk dibangku SMK aku menemukan buku yang berkualitas ini.
Cover buku asli
            Saat itu, seperti biasanya aku mencari-cari buku untuk menjadi santapanku. Di rak kategori ‘filsafat’, aku menemukan buku yang sudah usang dengan author ‘Dale Carnegie’, bentuk buku yang lapuk dengan kertas nan coklat. Entah mengapa aku tertarik membaca buku itu, judulnya ‘Petunjuk Menikmati Hidup dan Pekerjaan Anda’, bagi sebagian orang mungkin tak ada menarik-menariknya dilihat dari tampilan buku yang kusut itu. Dari awal aku sudah menduga bahwa ini merupakan buku terjemahan, dan judul buku aslinya adalah 'How to enjoy your life and your job'.
            Ketika ku buka lembar demi lembar, aku sungguh mudah mencerna dan menikmati buku tersebut. Disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan cukup mengalir, rasanya aku sedang berdampingan langsung dengan Psikolog sekaligus motivator Dale Carnegie. Didalamnya terdapat cara untuk menikmati hidup dengan lebih mudah dan berguna untuk orang lain. Buku tersebut tak cukup tebal, berkisar 100-an halaman (aku lupa pastinya). Yang jelas, buku ini cocok untuk orang-orang yang selalu terburu-buru dan khawatir akan hari yang dilewatinya hingga ia lupa bagaimana caranya menikmati hidup.

            Setelah moment itu, aku mencari buku yang sama di Toko Buku. Dan surprisingly, di Toko buku aku menemukan banyak sekali buku yang dikarang oleh Dale Carnegie (banyak versi-versi lain) yang hampir semuanya merupakan best seller.  Diluar perkiraanku, kukira buku yang kubaca itu hanya satu-satunya yang diterjemahkan di Indonesia.

Sabtu, 08 Juni 2013

Sebilah hati untuk sebuah hati

Terjaga aku dalam buih hitam pekat
Menilik sebuah kebekuan yang terkurat
Untuk meraih seberkas sinar penuh sekat
Namun yang ada hanya bunga yang menyayat
        Kudapati kau yang dulu ku sanjung penuh makna
        Hadir dalam sebilah masa yang fana
        Dalam kefanaan kita bersama berkelana
        Meski hanya berupa segurat tanpa guna
Mungkin, lantaran kau begitu lengkap
Hingga seonggok hati tak kuasa mengungkap
Hanya menunggu  masa menangkap
Tuk merajut sebait lagu nan genap
        Dakwahmu sebagai pengikutnya kian memesonakan
        Meski mungkin kini aku sangat terlupakan
        Tahukah, kau selalu ku lencanakan
        Dalam diam yang kian bermekaran
Aku tak tahu isi Lauhul Mahfudz-Nya
Ku jua tak mengerti skenario-Nya
Dalam do’a dan sujudku pada-Nya
Kuingin namamu ada dalam skenario-Nya

Pare, All the way live

Lokasi : Gumul, Kediri- Jawa Timur
            
               Tak ada kata terlambat untuk sebuah karya. Meski ini merupakan perjalanan maretku, namun saat ini baru sempat ku torehkan lewat jemari lentikku ini. Inilah sebuah ringkasan ceritaku tentang PARE, dan cerita lengkapnya sedang ku curahkan lewat sebuah novelku (Insya Allah) mendatang.
            Siapa yang tidak kenal PARE. Ya, kata PARE hampir akrab di telinga orang-orang. Pare yang kusebut kali ini bukan sebuah nama sayuran, namun ini sebuah daerah yang dikenal dengan ‘Kampoeng Inggris’. Berlokasi di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Pare merupakan sebuah Kecamatan yang amat asri dengan penduduk berbahasa jawa.
            Tepatnya 8 Februari 2013 sampai dengan 10 Maret 2013 adalah rentetan kisah-kisah yang tak terlupakan di Desa Tulungrejo, Pare. Berbekal niat untuk menuntut ilmu dan pengorbanan hidup jauh dari orangtua tak mematahkan niatku untuk belajar disana. Banyak momment menarik dan sangat berkesan yang tak mungkin aku lupakan sepanjang hidupku.
            Berikut kumpulan cerita singkatnya:
    §      Awal menjajakkan kaki di Pare, lidahku belum dapat kawin dengan karakter makanan disana. Lidah orang Cirebon yang tajam akan bumbu, tak kudapati makanan yang sama dengan Cirebon. Kurang asin, Kurang nendang sudah biasa. Terlebih lagi dengan warna saus yang pink, kontras dengan warna saus yang biasa ku konsumsi merah menyala. Makanan khas disana adalah ‘Pecel’ dan ‘Pentol’ (di Jawa Barat dikenal dengan Cilok).
     §      Kekagumanku pada Pare salah satunya lantaran lingkungan yang masih asri dan tidak padat kendaraan yang berlalu lalang. Mayoritas kendaraan yang dipakai adalah Sepeda, tak heran bila disana banyak wirausaha yang membuka ladang penyewaan sepeda. Setiap hari, kawan sejatiku yang mengantarkan aku mencari ilmu dan mencari makanan adalah sepeda. Aku baru menikmati lagi moment mengendarai sepeda itu setelah hampir 10 tahun (SD).
      §      Lantaran lokasi desa yang tidak strategis, sulit untuk menuju kemana-kemana. Tidak ada angkutan umum (hanya ada di Kediri nya) sehingga aku tak jenuhnya harus mengayuh sepeda sejauh apapun itu. Untuk menuju ATM atau alun-alun misalnya, 2 hingga 3 kilometer jarak yang kutempuh. Selama sebulan disana, aku belum tahu dimana Pasar terdekat berada (saking jauhnya).
    §      Disana, lembaga kursusan yang kuambil adalah ‘Marvelous’. Sesuai motonya ‘Siap mempermak inggris kamu dan guru kamu’, marvelous memang pilihan yang tak salah (terima kasih untuk Dosen yang telah memberikan referensi). Awalnya, aku memang ragu, terlebih dengan penampilan pengajar yang apa adanya. Namun, aku sangat mengagumi pengajar-pengajar itu, American accents mereka sangat fasih padahal mereka bukan kuliah di jurusan bahasa Inggris (aku malu sendiri).
    §      Hampir seluruh pengajar, hafal phonetic symbol dari setiap kosakata yang terdapat di kamus Oxford. What an amazing teacher! . Aku selalu terpesona melihat seluruh pengajar yang menuliskan kata sebanyak apapun dan serumit apapun lengkap dengan phonetic symbol (tanpa melihat kamus Oxford). Padahal, latar belakang mereka sama sekali bukan Inggris (bahkan ada pengajar yang berusia dibawahku). Setiap kali mereka mengajarkan materi, ternyata aku baru menyadari banyak sekali pengucapan yang selama ini salah (seperti cara membaca Oxford, and, today, dan lain-lain).
     §      Lantaran program Speaking yang ku ambil, materi yang diajarkan selalu berkenaan dengan speaking. Salah satunya adalah bahasa slang, tongue twister (untuk melenturkan lidah menjadi lidah inggris) dan idioms. Sangat menarik mempelajarinya, benar-benar diajarkan berbicara layaknya seorang ‘bule’.
   §      Wisata yang terkenal di Kediri adalah Gumul. Kontruksi bangunan yang mirip bangunan yang berada di Paris ini menjadi magnet tersendiri. Tak heran bila banyak yang mengunjungi tempat ini untuk sekedar mengambil bebrapa foto. Beruntungnya, orang-orang yang ingin memasuki wisata ini tak dikenakan biaya alias gratis (kecuali parkir).
            Diatas merupakan sepenggal cerita singkat, cerita selengkapnya tunggu di novelku mengenai Pare yang sedang dalam proses.

Jumat, 07 Juni 2013

Malaikat-malaikat Kecil Tanpa Dosa


                

      Kehidupan memang tak luput dari konteks mengajar dan belajar, karena hidup adalah proses pembelajaran. Begitulah salah satu falsafah hidup yang aku yakini. Terlebih lagi almamater mahasiswi  yang terpampang jelas dibadanku. Ya, sebagai seorang mahasiswi FKIP Bahasa Inggris, aku dituntut untuk cinta anak-anak .
            Sebuah kesempatan yang emas ketika salah satu dosenku memberikan tugas untuk melaksanakan magang di SD. Setelah kami (aku, Corry dan Lilis) menelusuri sebagian SD dan memilah-milah lokasi yang strategis maka kami memilih untuk melakukan magang di SD Negeri Larangan 1. Tak kusangka, respon sekolah sangatlah baik dan terbuka atas kehadiran kami.
            Awalnya, kami memang mengajar di kelas 4. Namun lantaran jadwal kuliah yang berebenturan dengan jadwal mengajar, akhirnya kami memilih kelas 5 untuk kami ajar di hari sabtu (tidak ada jadwal kuliah dihari sabtu). Inilah awal perjalananku mengenal karakter siswa. Guru pamongku cenderung memberikan aturan yang sangat beragam, tetapi untukku itu merupakan sebuah perhatian yang dia berikan untuk mengajarkanku tentang arti kedisiplinan. Aku sangat beruntung diperhatikan olehnya mengenai hal sekecil apapun.
            Mengajar anak-anak SD merupakan pengalaman yang sangat langka, disana aku mendapati karakter siswa yang sangat beragam. Aku belajar mengenai arti kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan. Karakter siswa yang memang lugu dan berbicara apa adanya membuatku terhibur dan tumbuh rasa sayangku pada mereka. Terlintas di benakku untuk terus mengajar mereka meski masa magang hampir usai.
            Petuah mengatakan ‘Ada pertemuan, pasti ada perpisahan’. Ya, hal yang paling memilukan adalah ketika kita harus meninggalkan orang-orang yang baru saja nyaman dihati kita. Dan perpisahan hidupku kali ini adalah berpisah dengan anak-anak yang aku sayangi. Tepatnya 18 Mei 2013 adalah hari mengajar terakhir disana. Sedih memang, namun apa daya memang inilah jalan hidup. Diakhir pembelajaran, aku bersama siswa-siswamengabadikan moment terakhir dengan berfoto bersama didepan kelas. Sangat miris sejujurnya, di satu sisi aku melihat wajah anak-anak yang lugu, sangat sumringah dan antusias melakukan foto, namun disisi lain hatiku yang pilu lantaran ini merupakan hari terakhir. Kami akhiri hari itu dengan penuh kesan.
            Itulah sepintas momment berarti dalam hidupku bersama malaikat-malaikat kecil tanpa dosa. Semoga suatu saat kelak kita dipertemukan kembali di waktu dan ruang yang berbeda.