Sabtu, 26 Mei 2012

Wanita di dunia Pria

Emansipasi wanita, bukan sebuah wacana lagi. Di Indonesia, persamaan kesempatan antara laki-laki dan perempuan sudah dianggap berjalan ideal. Perbedaan gender dan pembedaan standar penilaian antara pria dan wanita dalam konteks pekerjaan atau profesionalisme, boleh dibilang mulai terhapus. Tidak ada lagi seharusnya sebutan “dunia pria” dan “dunia wanita”. Juga tak ada perlakuan istimewa dalam hal tugas, kewajiban, penghargaan dan hukuman. Emansipasi yang berdasarkan kemampuan, bukan hanya kemauan semata.
Ismayasari dan Ais Matutu contohnya. Mereka adalah perempuan-perempuan tangguh yang mampu dan mau serta berani bekerja keras di beratnya medan tambang. Keduanya adalah operator alat berat di pertambangan emas PT. Newmount Nusa Tenggara di Sumbawa, NTB. Jangan dikira alat berat yang dikendalikan keduanya adalah alat berat sekadarnya. Haul Truck yang harus mereka setir berukuran raksasa. Tinggi x lebar x panjang “truk batangan” mereka adalah 7 x 7 x 13 meter, dengan diameter roda 3,5 meter! Dan bagaimana mereka harus berjuang mengendalikan “mainan” mereka itu selama 12 jam setiap harinya, di sumur tambang yang kedalamannya hampir 1 kilometer di bawah permukaan laut, itu cerita istimewanya.
Jauh dari Sumbawa, ada Yossi Anita di Sumatera Barat. Akrab dipanggil Bang Yos, ia mengabdi sebagai seorang petugas pemadam kebakaran di kota Padang. Sebagai seorang petugas PMK, ia harus siap siaga 24 jam non stop. Kesukaannya pada kegiatan menantang dan menolong orang lain, membuatnya mantap berlabuh di profesi ini. Bergulat dengan si jago merah adalah makanan sehari-hari yang sangat dinikmatinya. Bahkan menurut Yossi, jika sedang sakit pun, jika ada panggilan memadamkan api, bisa seketika langsung sembuh.
Sementara Nelce Alfonsina Harewan, Entin Kartini dan Christina Rantetana, adalah sosok-sosok Laksamana Malahayati modern. Nelce adalah nahkoda wanita pertama asal Papua. Ia pernah memimpin kapal penumpang perintis dari Papua ke pulau-pulau sekitar Papua yang berombak ganas. Kini, ia mendapat kepercayaan untuk menjadi komandan dari Kapal Patroli Negara 339, yang bertanggung jawab mengawasi laut-laut antar pulau dan samudera di Indonesia Bagian Timur.
Sedangkan Entin Kartini adalah nahkoda wanita pertama di Indonesia. Di tangannya, pernah dipercayakan sebuah kapal penumpang besar berkapasitas 1000 orang, yang baru dibeli di Jerman untuk dibawa ke Indonesia selama 29 hari. Dan Christina Rantetana, adalah Laksamana Pertama di TNI AL. Sebagai seorang Brigadir Jenderal wanita pertama di TNI AL, ia harus menjalani tugas dan kewajiban di lapangan sebagaimana perwira tinggi TNI AL pada umumnya. Tidak hanya berfungsi sebagai staf belakang meja mengurusi administrasi atau kesehatan. Sejumlah operasi patroli di atas sejumlah KRI dijalaninya, sebagai komandan kapal perang.
Dan di darat, ada Brigadir Jenderal Polisi Rumiah yang bertanggung jawab secara penuh atas keamanan wilayah hukum di Provinsi Banten. Ia kini menjadi Kapolda wanita pertama di Indonesia. Di pundaknya, kompleksitas persoalan hukum, keselamatan dan keamanan warga Banten dipercayakan. Tentu saja bukan perkara gampang bagi seorang perwira wanita bisa menjabat Kapolda. Reputasi dan prestasi yang sangat baik selama berkarir di Polri, tentu menjadi pertimbangan penempatan dirinya sebagai pemuncak aparat keamanan di wilayah yang juga dipimpin gubernur wanita itu.
Sementara di udara, Indonesia memiliki Srikandi-Srikandi penjelajah langit seperti Ida Fiqriah, Agatha Asri Herini, dan Fariana Dewi. Ida kini menjadi pilot wanita satu-satunya di maskapai Garuda Indonesia. Kepadanya, dipercayakan pesawat besar Airbus 330 berpenumpang 300-an orang untuk diterbangkan ke seluruh penjuru dunia. Sementara Agatha, selain seorang pilot, ia juga menjadi instruktur pilot di maskapai yang sama. Ia mendapat wewenang besar untuk meloloskan atau menggagalkan seorang pilot, pria dan wanita, untuk memegang sebuah pesawat.
Sementara Fariana Dewi, kini adalah pilot helikopter pertama dan satu-satunya di TNI AU. Mitos bahwa perempuan tidak bisa dan tidak boleh menjadi pilot helikopter, dipatahkannya. Minat dan bakat yang kuat padanya terhadap udara, mendorongnya mengikuti seleksi untuk pilot. Dan pasca berbagai tes, ia dianggap lebih tertarik pada pesawat rotary wing atau helikopter, daripada pesawat fixed wing.
Nah, bagaimana para perempuan-perempuan perkasa ini mampu secara profesional berkiprah di profesi yang umumnya didominasi kaum laki-laki, tanpa melupakan kodratnya sebagai ibu rumah tangga? Bagaimana mereka mengelola diri sehingga sukses di pekerjaan “langka” sekaligus berhasil menjadi istri atau ibu rumah tangga yang baik di rumah?