Minggu, 13 Oktober 2013

PPL : Introduction

Makan siang bersama : Es Tawuran
              Sudah semestinya lingkungan manusia selalu berpindah-pindah sesuai kepentingan dan zamannya. Kali ini saya akan mengupas (belum habis) mengenai perjalanan saya dalam ranah Program Pengenalan Lapangan yang biasa disebut PPL.
            Seperti yang kita ketahui bahwa menjadi seorang calon guru harus menjejaki proses PPL, awalnya memang terbayang hal-hal yang mengerikan, menakutkan, ketidaksiapan, bahkan tidurpun tak nyenyak lantaran membayangkan begitu terjalnya perjalanan PPL ini. Namun dalam perjalanannya setapak demi setapak, rasanya sungguh nikmat menjadi seorang pengajar dan pendidik. Ya ibarat sedang meniti lembah curam ketika naik gunung, namun terbayar dengan pemandangan cantik di puncak gunung.
            Mendapatkan sekolah dibawah naungan Kementrian Agama yakni MAN Cirebon 1 memang suatu keberuntungan buat saya, terang saja lingkungan sekolah sangat islami dan penuh akhlak. Kami yang putri diwajibkan untuk mengenakan rok setiap memasuki kampus MAN Cirebon 1. Saya bersama ke-13 teman yang baru saling mengenal yakni : Idalaloka (Bhs. Inggris), Asih Setiani (Bhs. Inggris), Nisa Muflihah (Bhs. Inggris), Yugi Melasih (Bhs. Inggris), Melan Nur Afiah (Bhs. Indonesia), Abdul Majid (Bhs. Indonesia), Teguh Gianara Sakti (Ekonomi), Andri Hasan (Ekonomi), Alifiyyah Indah Sasi (Ekonomi), Siti Nuraeni (Matematika), Muhammad Riadusolihin (Matematika), Rhiany Erlinda (Matematika), dan Yogi Samudin (Matematika). Dengan ketua kelompok : Teguh. Kendati kami ber 14 baru saling mengenal, namun perihal kekompakan cukup diacungi jempol.

            Mengajar dan mendidik sejatinya adalah masalah kesabaran dan ketulusan. Beruntung kami ditempatkan di kelas X yang memang merupakan siswa baru dan belum terbentuk karakternya sehingga kami diharapkan dapat membentuk karakter yang berakhlak sekaligus berdedikasi tinggi. Adapun guru-guru MAN Cirebon 1 sangat welcome dan ramah akan keberadaan kami. Setiap harinya, budaya bersalaman setiap kali bertemu guru terus dilakukan. Tak ayal, bisa berkali-kali bersalaman jika kami sering bertemu salah seorang guru dalam sehari.